TIME

Home » , » EKSISTENSI PASAR TRADISIONIL DI ERA PEREKONOMIAN GLOBAL

EKSISTENSI PASAR TRADISIONIL DI ERA PEREKONOMIAN GLOBAL

Written By Unknown on Rabu, 01 Oktober 2014 | 11.43.00



Melirik aktifitas di pasar tradisional
Kecenderungan dalam satu kunjungan dinas ke salah satu daerah baik itu di dalam negeri maupun di manca negara umumnya para peserta dalam tim pada saat penutupan mencari pasar2 tradisional untuk berbelanja oleh2 yang relatif terjangkau dan bisa tawar menawar harga
Seperti kita ketahui bahwa Pasar merupakan kegiatan transaksi jual-beli dimana  pasar tradisional dapat kita bedakan dengan  pasar modern dari sisi fasilitasnya, harga dan layanannya
  • Pasar tradisional merupakan tempat transaksi penjual pembeli secara langsung,
  • Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka
  • Menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain.
  • Menjual kue-kue dan barang-barang sovenir  lainnya.
  • Dekat kawasan perumahan
  • Bedanya dengan pasar modern adalah
  • Penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung
  • Pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode),
  • Berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
  • Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.
  • pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket.
Diera sekarang ini  pasar tradisional terkesan dipinggirkan disebabkan sistem manajemen dan pengelelolaannya masih relatih rendah dan terkesan sembraut dan dan kumuh becek karena banyaknya produksi/tumpukan sampah setiap harinya

Sedangkan pasar modern atau biasa (hyper-market, mal, sampai mart) sudah semakin tumbuh dan menjamur sampai ke pinggir-pinggir kota bahkan ke desa/desa .
fenomena keterdesakan pasar tradisional ini merupakan bagian dari isu eksploitasi atas masyarakat sederhana oleh masyarakat kompleks  dan merupakan bagian dari sistem ekonomi politik Indonesia antara pengambil kebijakan dan pemilik modal, dimana aturan main yang dibuat juga lebih berpihak kepada kaum pemodal ketimbang kepada pengguna pasar tradisional.
Dengan tingkat pendapatan dan perekonomian masyarakat yang  masih relatif rendah, masyarakat lebih suka berbelanja ke pasar tradisional. Dengan bergesernya  budaya masyarakat kita sudah mulai belakangan ini sudah terlihat menuju ke pasar modern.
Untuk mempertahankan agar keberadaan pasar tradisional dapat menjadikan  basis kekuatan UKM (Usaha Kecil Menengah perlu ide-ide kreatif  dan memfasilitasi pasar tradisional dan produk-produknya kedepan untuk lebih ditingkatkan dengan ditunjang oleh peraturan perundangan dan keberpihakan pemerintah, swasta, dan masyarakat tradisional yang berbasis budaya dan wisata dalam rangka pemberdayaan rakyat. (
Perlu kita ketahui bahwa  pasar bukan lagi tempat bertemunya penjual dan pembeli, tetapi juga wadah interaksi sosial dan representasi nilai-nilai tradisional yang ditunjukkan oleh siapa yang ada dan berinteraksi langsung maupun tidak langsung didalamnya tanpa intervensi pemerintah, pasar tradisional tidak lama lagi mungkin akan bisa bertahan , terutama di wilayah perkotaan.
Iklim persaingan dan  eksistensi pasar tradisional sekarang ini lebih sebagai akibat tidak adanya persaingan yang seimbang ketimbang persaingan tidak sehat.  Indomaret, Carrefour dan hypermart lain, pemerintah hendaknya membatasi pemberikan izin kepada peritel-peritel modern untuk mendirikan usaha bisnis ritelnya di lokasi yang berhadapan langsung dengan pasar tradisional atau pelaku usaha ritel kecil.

Apa yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak  pasar tradisional tdak bisat di pertahankan  jumlah pedagang atau tenaga kerja lain yang menggantungkan hidup padanya ikut kehilangan mata pencaharian. Akibat  kekuatan modal, teknologi serta  sistem yang dimilikinya, jaringan ritel modern dengan mudah melakukan berbagai praktik dan strategi sehingga  pasar tradisionil mau tidak mau menerima  persaingan tak sehat.

Perlu menjadi perhatian pengambil kebijakan dalam hal  pengaturan zona dan lokasi ritel modern dan tradisional yang diintegrasikan dengan rencana umum tata ruang,  
Namun, keberadaan pasar modern sebenarnya bukan satu-satunya ancaman bagi pasar tradisional. Amburadulnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar sebagai penyebab kian terpinggirkannya pasar tradisional. Dalam beberapa kasus, pasar tradisional sendiri memang lambat berbenah, dihadapkan pada perilaku dan kebiasaan konsumen yang juga berubah sejalan dengan perkembangan zaman.
pasar tradisional belum lepas dari gambaran kumuh, becek, tak aman, dan tidak nyaman. pengelola pasar hanya melihat pasar tradisional dan peritel tradisional sebagai sumber penerimaan asli daerah (PAD). Penarikan retribusi terhadap pedagang tidak diimbangi dengan perbaikan pelayanan masalah eksternal dan internal yang membelenggu pasar tradisional ini membuat tanpa pembenahan,
Selain akibat persaingan yang sifatnya alamiah, kalangan pedagang atau asosiasi pedagang pasar selama ini juga melihat adanya upaya sistematis untuk meminggirkan pasar tradisional yang selama ini berkonotasi kumuh oleh pengembang swasta dan ritel besar yang ada
Akhirnya, eksistensi pasar dan ritel tradisional sepenuhnya akan tergantung pada komitmen semua pemangku kepentingan dan keberpihakan pemerintah pada pasar serta sektor ritel tradisional yang notabene adalah tulang punggung penting ekonomi dan andalan perekomian masyarakat kehawatiran masyarat dengan . Minimarket yang menjamur di perumahan, Rukun Warga. Pasar yang tadinya dikuasai toko kelontongan, kini diambil alih minimarket.

Selain itu, pasar tradisonal juga berfungsi sebagai tempat terjadinya asimilasi budaya, pusat komunikasi, hiburan, dan interaksi sosial. Dengan adanya kontak kebudayaan, akan terjadi difusi pengetahuan di antara orang-orang yang melakukan aktivitas di pasar
Banyak pasar tradisonal yang sebenarnya berpotensi sebagai aset budaya dan wisata. Tengok saja pasar Beringharjo di Yogyakarta yang menjual berbagai jenis dan peruntukan batik, pasar apung di Banjarmasin yang menjual kebutuhan sehari-harai, pasar Rawa Bening di Jatinegara, Jakarta, yang menjual batu akik untuk cincin, dan pasar barang antik di Jalan Surabaya.  identitas budaya dari suatu masyarakat atau identitas tertentu. Jika ingin membeli produk lokal atau keperluan adat, maka kebtuhan ini akan di temukan di pasar tradisionil maka pasar tradisional berpotensi menjadi daya tarik wisata ataupun pengembangan budaya agar pasar tradisonal tak tergusur, ia harus dikelola dan dikembangkan dengan melihat kekhasan yang dimiliki  pasar tradisional juga memiliki faktor emosional. di pasar dia bisa menemukan barang yang menjadi khas daerah tersebut.

 
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. OPTIMALISASI SUMBER DAYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger